Follow Us

|
JADWAL SHOLAT Subuh 04:40:55 WIB | Dzuhur 11:59:10 WIB | Ashar 15:19:22 WIB | Magrib 17:52:17 WIB | Isya 19:04:59 WIB
BERITA UTAMA

Digital Nusantara



Forum Pembaca Solution


Citizen Journalisme GetarMerdeka.com FACEBOOK BUKU PINTAR MARK ZUCKERBERG - Menerima semua Tulisan Artikel dan Foto Iklan Advertorial (Adv) Sponsor yang masuk harap di kirim ke E-mail: rfirmansyah@groups.facebook.com, redaksi.getarmerdeka@gmail.com  

Terima Kasih.
Redpel.
ADVERTISEMENT IKLAN ADVERTORIAL
Selamat atas dilantiknya Ibu Meutya Viada Hafid sebagai Menteri Komunikasi dan Digital Republik Indonesia di Kabinet Merah Putih.
Semoga dapat membawa perubahan bagi transformasi digital di Indonesia.
Kami siap melaju untuk Indonesia yang semakin maju!
#KementerianKomunikasidanDigital #KabinetMerahPutih
□ Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan follow Channel-8 WhatsApp GetarMerdekacom.id Liputan Pers: +6281806227514 GetarMerdeka.com (AI) +6281236902399 (Urgent calls only) #Akulah Indonesia Merdeka!!! Salam Kebangsaan @BungRonz

Jurnalisme Warga dan Media Harus Terus Berbenah, Bukan Melemah!


Ilmu itu lebih baik dari harta. Ikatlah ilmu dengan menuliskannya,. Harta itu akan berkurang jika dibelanjakan, sedangkan ilmu akan bertambah apabila dibelanjakan.❞ (Ali bin Abi Thalib).


| www.duniaperpustakaan.com | Pasang Iklan, Review Produk: ronz_rf@yahoo.com


ilustrasi gambar: kha.com.tr
Istilah Jurnalisme Warga [Citizen Journalism] saat ini bukanlah hal yang baru lagi. Saat ini beberapa media nasional sudah hampir rata-rata juga melibatkan warga supaya terlibat sebagai bagian dari Jurnalisme Warga.

Sebelum saya membahas secara rinci terkait dengan bahasan saya sesuai judul, saya tertarik mengutip sebuah artikel yang pernah ditulis oleh seorang journalis ternama sekaligus seorang blogger bernama J. D. Lasica pada sebuah artikel Review Jurnalisme Online tahun 2023.

Melalui tulisanya tersebut J. D. Lasica mengklasifikasikan Citizen Journalism atau jurnalisme warga ke dalam beberapa tipe:

Beberapa tipe yang dimaksudkan oleh J. D. Lasica yaitu diantaranya yaitu,

Pertama, disebut sebagai Partisipsi Pemirsa, Yang termasuk dalam tipe ini contohnya seperti para komentar dalam sebuah berita online, blog pribadi, foto atau video;

Kedua, Tipe berita dan informasi di situs-situs independen,

Ketiga, situs berita dengan partisipasi penuh, seperti OhmyNews maupun media besar lainya yang didalmnya ada melibatkan partisipasi penuh.

Keempat, adanya kolaborasi dengan situs-situs media, seperti Slashdot, Kuroshin; dan

Kelima, “thin media”, seperti milis dan newsletter;

Dari pembagian type sebagaimana diulas oleh J. D. Lasica tersebut, maka jika saya fahami secara garis besar, jurnalisme warga atau kadang disebut sebagai jurnalisme partisipatif merupakan suatu partisipasi aktif dari seorang atau kelompok warga negara yang ingin terlibat aktiv dan langsung dalam mengoleksi, memberitakan, menganalisis hingga akhirnya sampai ikut menyebarluaskan berita dan informasi melalui berbagai media seperti blog, website, atau yang sejenisnya.

Memang sih, pada perkembangan serta awal-awal kemunculan Jurnalisme warga sempat membuat berbagai kontroversi.

Munculnya jurnalisme warga ini ternyata membuat banyak jurnalis profesional berkeyakinan bahwa hanya jurnalis terlatihlah yang dapat melakukan kerja-kerja jurnalistik yang sesungguhnya.

Namun diantara mereka yang kontra, ada juga di kalangan jurnalis profesional yang justru menyambut baik adanya jurnalisme warga ini. Bahkan kemudian berbagai Media Jurnalistik profesional memberikan wadah untuk warga yang ingin menjadi bagian dari Jurnalisme warga.

Di Indonesia sendiri bisa kita lihat salah satu media nasional yang memberikan wadah bagi warga untuk menjadi bagian dari jurnalisme warga yaitu detik.com. Melalui fasilitas blog dan pasangmatanya, siapapun anda bisa berkontribusi menjadi bagian dari jurnalisme warga.

Saya sendiri kebetulan beruntung karena pada tahun 2011 yang lalu saya sempat mengikuti pelatihan Journalisme warga selama hampir seminggu penuh yang diadakan oleh PWI Jaya. Bahkan usai mengikuti pelatihan tersebut saya juga sesekali bisa berinteraksi langsung dengan ketua PWI Jaya Kamsul Hasan yang saya lihat juga pernah mengisi materi yang sama di blogdetik.

Pada perkembanganya seperti sekarang ini, terkadang saya sendiri yang memang setiap hari selalu membaca berita bahkan hampir dipastikan setiap harinya menulis, saya agak prihatin dengan perkembangan jurnalisme warga, bahkan pada setingkat jurnalis nasional.

Keprihatinan yang saya maksudkan khususnya kepada independensi dari jurnalistik itu sendiri yang semakin kedepan tapi menurut saya semakin mengalami “kemunduran” dari segi kwalitas informasinya.

Hampir rata-rata media nasional, khususnya saat memberitakan dan memberikan informasi yang terkait dengan isu-isu politik, masyarakat selalu mendapatkan informasi yang teramat sangat sulit “BISA DIPERCAYA” kebenaranya.
Apalagi jika sebuah media yang dimiliki oleh politikus, informasinya menjadi sangat sulit kita percaya sebagai masyarakat biasa.

SIALNYA lagi, pada pemberitaan-pemberitaan yang berbau politik, masyarakat awam sangatlah sulit untuk bisa membuktikan kebenaran dari informasi yang beredar di media.

Saya contohkan misalnya jika ada tokoh politik dari kubu partai A diberitakan Korupsi, maka seringkali bahasa pemberitaanya akan selalu berbeda. Media A bisa saja membuat pemberitaan yang terkesan memojokan tokoh politik yang korupsi tersebut, namun pada Media B bisa saja isi pemberitaanya berbeda.

Nah, pada posisi seperti itulah yang terkadang kita sebagai warga biasa sulit untuk mencari informasi yang benar dan utuh. Apakah mungkin jika tiba-tiba sebagai seorang warga biasa di desa yang ingin mengetahui informasi yang utuh tersebut kemudian datang ke KPK untuk supaya diberikan informasi yang seutuhnya?

Tentunya sangat sulit bukan? 
Saran dan masukan saya yang lain untuk Jurnalisme Warga dan juga Jurnalis Professional supaya terus tingkatkan kwalitas.

Saat ini banyak sekali media maupun jurnalisme warga yang justru membuat informasi ataupun berita yang kebenaran dari berita tersebut belum jelas tapi sudah langsung dipublish.

Atau kadang juga informasi-informasi yang tidak penting juga jadi isu nasional.

Saya pikir tantangan terbesar untuk jurnalisme warga dan juga media nasional saat ini dan ke depannya bukan pada kurangnya informasi, namun sebaliknya, dengan membludaknya Informasi yang beredar, kejelian dan keakuratan serta kebenaran dari sebuah informasi itulah yang seharusnya dilahirkan dari Jurnalisme Warga juga media profesional di Indonesia.

Semoga saja Jurnalisme Warga dan Jurnalis Professional di Indonesia saling bersinergi untuk memberikan informasi yang akurat, bermanfaat, dan benar-benar menjamin kebenaran atas informasi yang dibuatnya. Semoga!

Salam Merdeka!

Redaksi.


ADVERTISEMENT SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Indonesia Satu

Merdeka Network

Ekonomi Bisnis

Trending Selebriti

Citizen Jurnalism