Forum Pembaca Solution
Citizen Journalisme
GetarMerdeka.com
FACEBOOK BUKU PINTAR MARK ZUCKERBERG - Menerima semua Tulisan Artikel dan Foto
Iklan Advertorial (Adv) Sponsor yang masuk harap di kirim ke
E-mail: rfirmansyah@groups.facebook.com,
redaksi.getarmerdeka@gmail.com
Terima Kasih.
Jurnalisme Warga dan Media Harus Terus Berbenah, Bukan Melemah!
❝Ilmu itu lebih baik dari harta. Ikatlah ilmu dengan menuliskannya,.
Harta itu akan berkurang jika dibelanjakan, sedangkan ilmu akan bertambah
apabila dibelanjakan.❞ (Ali bin Abi Thalib).
|
www.duniaperpustakaan.com
| Pasang Iklan, Review Produk:
ronz_rf@yahoo.com
ilustrasi gambar: kha.com.tr
Istilah Jurnalisme Warga [Citizen Journalism] saat ini bukanlah hal yang
baru lagi. Saat ini beberapa media nasional sudah hampir rata-rata juga
melibatkan warga supaya terlibat sebagai bagian dari Jurnalisme Warga.
Sebelum saya membahas secara rinci terkait dengan bahasan saya sesuai judul,
saya tertarik mengutip sebuah artikel yang pernah ditulis oleh seorang
journalis ternama sekaligus seorang blogger bernama J. D. Lasica pada sebuah
artikel Review Jurnalisme Online tahun 2023.
Melalui tulisanya tersebut J. D. Lasica mengklasifikasikan Citizen Journalism
atau jurnalisme warga ke dalam beberapa tipe:
Beberapa tipe yang dimaksudkan oleh J. D. Lasica yaitu diantaranya yaitu,
Pertama, disebut sebagai Partisipsi Pemirsa, Yang termasuk dalam tipe ini contohnya
seperti para komentar dalam sebuah berita online, blog pribadi, foto atau
video;
Kedua, Tipe berita dan informasi di situs-situs independen,
Ketiga, situs berita dengan partisipasi penuh, seperti OhmyNews
maupun media besar lainya yang didalmnya ada melibatkan partisipasi penuh.
Keempat, adanya kolaborasi dengan situs-situs media, seperti
Slashdot, Kuroshin; dan
Kelima, “thin media”, seperti milis dan newsletter;
Dari pembagian type sebagaimana diulas oleh J. D. Lasica tersebut, maka
jika saya fahami secara garis besar, jurnalisme warga atau kadang disebut
sebagai jurnalisme partisipatif merupakan suatu partisipasi aktif
dari seorang atau kelompok warga negara yang ingin terlibat aktiv dan langsung
dalam mengoleksi, memberitakan, menganalisis hingga akhirnya sampai
ikut menyebarluaskan berita dan informasi melalui berbagai media seperti
blog, website, atau yang sejenisnya.
Memang sih, pada perkembangan serta awal-awal kemunculan Jurnalisme warga
sempat membuat berbagai kontroversi.
Munculnya jurnalisme warga ini ternyata membuat banyak jurnalis profesional
berkeyakinan bahwa hanya jurnalis terlatihlah yang dapat melakukan kerja-kerja
jurnalistik yang sesungguhnya.
Namun diantara mereka yang kontra, ada juga di kalangan jurnalis profesional
yang justru menyambut baik adanya jurnalisme warga ini. Bahkan kemudian
berbagai Media Jurnalistik profesional memberikan wadah untuk warga yang ingin
menjadi bagian dari Jurnalisme warga.
Di Indonesia sendiri bisa kita lihat salah satu media nasional yang memberikan
wadah bagi warga untuk menjadi bagian dari jurnalisme warga yaitu detik.com.
Melalui fasilitas blog dan
pasangmatanya, siapapun anda bisa berkontribusi menjadi bagian dari jurnalisme warga.
Saya sendiri kebetulan beruntung karena pada tahun 2011 yang lalu saya sempat
mengikuti pelatihan Journalisme warga selama hampir seminggu penuh yang
diadakan oleh PWI Jaya. Bahkan usai mengikuti pelatihan tersebut saya juga
sesekali bisa berinteraksi langsung dengan ketua PWI Jaya Kamsul Hasan yang
saya lihat juga pernah mengisi materi yang sama di blogdetik.
Pada perkembanganya seperti sekarang ini, terkadang saya sendiri yang memang
setiap hari selalu membaca berita bahkan hampir dipastikan setiap harinya
menulis, saya agak prihatin dengan perkembangan jurnalisme warga, bahkan pada
setingkat jurnalis nasional.
Keprihatinan yang saya maksudkan khususnya kepada independensi dari
jurnalistik itu sendiri yang semakin kedepan tapi menurut saya semakin
mengalami “kemunduran” dari segi kwalitas informasinya.
Hampir rata-rata media nasional, khususnya saat memberitakan dan memberikan
informasi yang terkait dengan isu-isu politik, masyarakat selalu mendapatkan
informasi yang teramat sangat sulit “BISA DIPERCAYA” kebenaranya.
Apalagi jika sebuah media yang dimiliki oleh politikus, informasinya menjadi
sangat sulit kita percaya sebagai masyarakat biasa.
SIALNYA lagi, pada pemberitaan-pemberitaan yang berbau politik, masyarakat
awam sangatlah sulit untuk bisa membuktikan kebenaran dari informasi yang
beredar di media.
Saya contohkan misalnya jika ada tokoh politik dari kubu partai A diberitakan
Korupsi, maka seringkali bahasa pemberitaanya akan selalu berbeda. Media A
bisa saja membuat pemberitaan yang terkesan memojokan tokoh politik yang
korupsi tersebut, namun pada Media B bisa saja isi pemberitaanya berbeda.
Nah, pada posisi seperti itulah yang terkadang kita sebagai warga biasa sulit
untuk mencari informasi yang benar dan utuh. Apakah mungkin jika tiba-tiba
sebagai seorang warga biasa di desa yang ingin mengetahui informasi yang utuh
tersebut kemudian datang ke KPK untuk supaya diberikan informasi yang
seutuhnya?
Tentunya sangat sulit bukan?
Saran dan masukan saya yang lain untuk Jurnalisme Warga dan juga Jurnalis
Professional supaya terus tingkatkan kwalitas.
Saat ini banyak sekali media maupun jurnalisme warga yang justru membuat
informasi ataupun berita yang kebenaran dari berita tersebut belum jelas tapi
sudah langsung dipublish.
Atau kadang juga informasi-informasi yang tidak penting juga jadi isu
nasional.
Saya pikir tantangan terbesar untuk jurnalisme warga dan juga media nasional
saat ini dan ke depannya bukan pada kurangnya informasi, namun sebaliknya,
dengan membludaknya Informasi yang beredar, kejelian dan keakuratan serta
kebenaran dari sebuah informasi itulah yang seharusnya dilahirkan dari
Jurnalisme Warga juga media profesional di Indonesia.
Semoga saja Jurnalisme Warga dan Jurnalis Professional di Indonesia saling
bersinergi untuk memberikan informasi yang akurat, bermanfaat, dan benar-benar
menjamin kebenaran atas informasi yang dibuatnya. Semoga!
Salam Merdeka!
Redaksi.