Media Asing Tiba-Tiba Sorot Ekonomi RI, Sebut Hal Ini
Selasa, 29/10/2024 | 14:49 WIB | NEWS
Reporter: Getar Merdeka Red IT: Firman Wage Prasetyo
□SOROTOleh: Thea Fhatanah Arbar, CNBC Indonesia■Foto: Muhamad Sabki/CNBC Indonesia Getty Images © 2024 GetarMerdeka.com
Jakarta, GetarMerdeka.com — Harga kebutuhan pokok di Indonesia dan negara lain dinilai terus mengalami penurunan. Hal ini dinilai oleh para ekonomi belum tentu menjadi kabar yang baik. Penurunan harga ini pun turut menjadi sorotan oleh media asing, seperti misalnya ABC News, melalui artikel bertajuk 'Prices of essentials in Indonesia and other countries have been dropping. That's not necessarily a good thing' yang dirilis Senin (28/10/2024).
"Saat Australia telah menderita masalah inflasi yang terus-menerus dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami masalah yang sebaliknya," kata media tersebut. "Meskipun sebagian besar menyambut baik penurunan harga, para ekonom mengatakan itu belum tentu hal yang baik."
Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mengatakan Indonesia mengalami deflasi 0,12% pada September. Ini merupakan deflasi bulan kelima berturut-turut.
Menurut Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati, deflasi lima bulan berturut-turut akan berdampak "positif".
"Ini akan berdampak signifikan pada daya beli, terutama bagi kelas menengah ke bawah yang [secara proporsional] menghabiskan paling banyak untuk makanan," katanya kepada wartawan awal bulan ini.
Pada dasarnya, makanan menjadi lebih terjangkau bagi mereka yang kurang mampu. Namun media tersebut menyoroti penurunan harga terjadi setelah harganya meroket tahun lalu dan upah tidak mengimbangi inflasi.
"Deflasi yang terjadi saat ini merupakan "peringatan" karena menandakan daya beli konsumen melemah," jelas Eliza Mardian, peneliti di lembaga pemikir ekonomi Core Indonesia.
Mardian menyebut harga turun karena semakin sedikit orang yang punya cukup uang dan keinginan untuk membelanjakannya, tetapi situasi tersebut "memprihatinkan" karena harga pangan dan hasil bumi segar, seperti cabai, lebih murah dari biasanya di luar musim panen.
"Jika permintaan terus melemah, pelaku usaha, bahkan petani, akan mengurangi kegiatan produksinya ... mereka akan melakukan efisiensi biaya yang akan berdampak pada pengurangan ekspansi usaha dan juga dapat berujung pada PHK," katanya.
"Semua ini efek domino," tambahnya, menyebut ada banyak orang yang kehilangan pekerjaan turut menyebabkan daya beli di Indonesia melemah.
Data resmi dari Badan Pusat Statistik menunjukkan sekitar 60.000 orang di-PHK pada bulan Oktober - meningkat dari 46.240 orang pada bulan yang sama tahun lalu. Mardian juga mengatakan analis melihat penurunan kelas menengah, dengan 9,5 juta orang keluar dari kategori tersebut.
Dalam upaya untuk meningkatkan pengeluaran, bulan lalu bank sentral Indonesia memangkas suku bunga untuk pertama kalinya dalam tiga tahun, memangkasnya 25 basis poin menjadi 6%. Sementara presiden baru Indonesia, Prabowo Subianto, sempat mengatakan pemerintahnya menginginkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8%.
"Itu dapat dicapai - tetapi hanya jika ia memilih mesin yang tepat untuk meningkatkan ekonomi," tukas Mardian.
(pgr/pgr/desk*)
Sumber: CNBC Indonesia
Live TV Digital Streaming Video:
■IKLAN
#IKLAN ADVERTORIAL ADVERTISEMENT
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Iklan Advertorial Advertisement #follow Channel WhatsApp Getar Merdeka and Subcription Link YouTube GetarMerdeka.com TVGM ONLINE Live TV Digital Channel-8 WhatsApp +6281806227514
Akulah Indonesia Merdeka!!!
Salam Kebangsaan @BungRonz
[gmc/ro1/adv]SHARE