Follow Us

|
JADWAL SHOLAT Subuh 04:40:55 WIB | Dzuhur 11:59:10 WIB | Ashar 15:19:22 WIB | Magrib 17:52:17 WIB | Isya 19:04:59 WIB
BERITA UTAMA

Melihat Barapan Kebo, Tradisi Adu Kecepatan Kerbau ala Sumbawa, Bupati Apresiasi Budaya Samawa

Senin, 09/09/2024 | 19:59 WIB | NEWS
Reporter: Getar Merdeka Red IT: Firman Wage Prasetyo
"Perlombaan adu kecepatan kerbau ini tak hanya menjadi hiburan, namun juga menyimpan makna budaya dan doa masyarakat Sumbawa untuk panen yang melimpah."
Foto: Barapan Kebo di Sumbawa, NTB. (Dok. sumbawakab.go.id) Getty Images © 2024 GetarMerdeka.com
Sumbawa Besar, GetarMerdeka.com — Nusa Tenggara Barat (NTB) kaya akan tradisi unik yang penuh makna. Sumbawa menjadi salah satu daerah yang memiliki tradisi unik, yakni Barapan Kebo. Perlombaan adu kecepatan kerbau ini tak hanya menjadi hiburan, namun juga menyimpan makna budaya dan doa masyarakat Sumbawa untuk panen yang melimpah. Penasaran? Berikut ini informasi menarik seputar barapan kebo, tradisi unik ala Sumbawa.
Apa itu Barapan Kebo?
Melansir dari sumbawakab.go.id, barapan kebo merupakan acara tradisional para sandro, joki dan kerbau terbaik saat musim tanam Sumbawa. Hingga kini, tradisi ini masih eksis di Desa Moyo Hulu, Desa Senampar, Desa Poto, Desa Lengas, Desa Batu Bangka, Desa Maronge, dan Desa Utan sebagai budaya khas Sumbawa.
Barapan kebo diselenggarakan pada awal musim tanam padi. Tradisi khas Sumbawa ini biasa dilakukan di sawah telah basah atau yang sudah digenangi oleh air sebatas lutut.
Mungkin ketika melihat barapan kebo akan terasa familiar dengan karapan sapi khas Madura. Serupa tapi tak sama, barapan kebo dan karapan sapi memiliki perbedaan.
Hal yang menjadi pembeda adalah ajang ini sebagai tempat bagi para sandro untuk menunjukkan keahlian mereka dan bagi para joki untuk berlomba dalam kecepatan.
Ketika 'Sakak' tongkat magis milik Sandro Penghalang, bisa tersentuh oleh kerbau yang berlari cepat dengan bantuan Sandro pendukung joki dan kerbau peserta. Pasangan kerbau yang menjadi pemenang adalah yang tercepat mencapai garis finis dan mampu menyentuh atau menjatuhkan kayu pancang yang disebut 'Sakak'. Selain itu, pemilihan hewan kerbau menjadi pertimbangan tersendiri. Sebab, menurut masyarakat Sumbawa, kerbau memiliki banyak fungsi yang menguntungkan sehingga dapat menunjang kehidupan masyarakat Sumbawa.
Sejarah dan Perkembangan Barapan Kebo
Melansir dari jurnal 'Tradisi Karapan Kerbau dalam Kehidupan Sosial Budaya Tau Samawa di Kecematan Empang Kabupaten Sumbawa' karya Sukarddin dan Lilis Putri, barapan kebo memiliki sejarahnya tersendiri. Konon katanya, barapan kebo adalah acara selamatan dari tradisi bertani masyarakat 'Tanah Samawa'.
Tradisi ini berawal dari sebuah keinginan untuk menjadikan tanah yang mestinya siap ditanami padi sebanyak tiga kali. Tanah di Pulau Sumbawa umumnya memiliki tekstur seperti tanah liat. Oleh karena itu, barapan kebo diselenggarakan dengan tujuan untuk membantu membajak sawah agar tanahnya bisa ditanami padi.
Seiring bertambahnya waktu, tradisi barapan kebo masih eksis hingga saat ini. Bahkan tradisi ini dilakukan setiap tahunnya oleh masyarakat Sumbawa. Kini tradisi ini diselenggarakan untuk dua tujuan, yaitu untuk kepentingan amal dan dipertandingkan.
(Dok.Istimewa)
Makna dan Tujuan Barapan Kebo
Tradisi ini dilakukan saat sebelum dan sesudah masa panen. Barapan kebo merupakan bentuk rasa syukur masyarakat Sumbawa kepada sang pencipta sekaligus menjadi salah satu upaya untuk menggemburkan tanah. Tidak hanya makna spiritual, adapula makna sosial yang terkandung dalam tradisi ini. Tradisi barapan kebo juga menjadi alat penyambung silaturahmi masyarakat Sumbawa kepada sesama dengan berbagi suka cita.
Serba serbi Barapan Kebo
Terdapat nama atau istilah-istilah unik yang digunakan pada aksesoris dan momen budaya barapan kebo. Beberapa di antaranya yaitu:
• Noga: Kayu penjepit leher penyatu sepasang jargon barapan
• Kareng: Tempat berdiri atau bilah pijakan kaki sang joki barapan yang dirakit berbentuk segitiga
• Mangkar: Pelecut atau pecut pemacu kerbau Jargon
• Sandro: Sebutan untuk orang-orang sakti dengan ilmu supranatural khas Sumbawa yang menggunakan pakaian khas berwarna hitam
• Lawas: Lantunan syair pantun daerah Sumbawa yang dilakukan di antara teriakan kemenangan sang Joki, saat kerbaunya mampu menyentuh dan menjatuhkan tanpa jatuh dari karengnya.
• Ngumang: Sesumbar kemenangan sebagai pemikat wanita penonton barapan dan merayu-rayu dengan lantunan lawas yang dikuasai.
Itulah tradisi unik khas Sumbawa bernama barapan kebo. Tertarik untuk menonton secara langsung?
Bupati Sumbawa Apresiasi Barapan Kebo Desa Simu
Sementara itu, pada kesempatan terpisah Bupati Sumbawa, Drs. H. Mahmud Abdullah bersama masayarakat menyaksikan Barapan Kebo di Desa Simu, Kecamatan Maronge, Minggu siang (08/09).
Puluhan pasang kerbau dari berbagai Desa dan Kecamatan se Kabupaten Sumbawa ikut berlagak di arena persawahan warga Desa Simu, dengan joki masing - masing menampilkan dan memperagakan ketrampilannya diatas kayu kareng, dengan menerjang lumpur sawah, apalagi mendapat support sorakan dari penonton, membuat suasana pertandingan semakin seru ketika ada pasangan kerbau yang sukses mencapai finish dengan menyentuh saka.
Bupati Sumbawa Drs H.Mahmud Abdullah menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada panitia penyelenggara yang telah menggelar kegiatan Barapan Kebo tersebut, dimana hal tersebut sebagai bentuk melestarikan tradisi, seni budaya dan mempertahankan populasi ternak kerbau didaerah ini, ujarnya.(GMC/Am06/Desk*)
#Artikel ini ditulis oleh Zheerlin Larantika Djati Kusuma, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom. (Sumber: detikcom*)
[gmc/dtc/nor/dim/ro1/adv]
SHARE

ADVERTISEMENT SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Indonesia Satu

Merdeka Network

Ekonomi Bisnis