Red IT: Firman Wage PrasetyoGetty Images © 2023 GetarMerdeka.com"Diseminasi Teknologi Untuk Meningkatkan Kapasitas Sumberdaya Manusia Masyarakat Pesisir Dalam Pemantauan Kondisi Lingkungan Perairan, Phytoplankton dan Sumberdaya Perikanan"Mataram NTB, GetarMerdeka.com — Dalam rangka meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk mendukung program pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya kelautan, pesisir dan perikanan berkelanjutan, ITI bekerjasama dengan PICES (North Pacific Marine Science Organization) yang beranggotakan 6 negara di Pasifik Utara yaitu Kanada, Jepang, Republik Rakyat China, Republik Korea, Federasi Rusia dan Amerika Serikat, Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Jepang (MAFF-Japan), Pemprov Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Universitas Mataram didukung Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan berbagai pemangku kepentingan lainnya, menyelenggarakan acara :
INTERNATIONAL WORKSHOP AND TRAINING ON
CREATING A PHYTOPLANKTON-FISHERY OBSERVING PROGRAM FOR SUSTAINING LOCAL COMMUNITIES IN INDONESIAN COASTAL WATERS
Diseminasi Teknologi Untuk Meningkatkan Kapasitas Sumberdaya Manusia Masyarakat Pesisir Dalam Pemantauan Kondisi Lingkungan Perairan, Phytoplankton dan Sumberdaya Perikanan, jelas Ketua Panitia Prof. Suhendar I Sachoemar, di Mataram, Rabu (5/7).
Acara Workshop dan Training dibuka Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Dr. Amry Rakhman, MSi bersama perwakilan PICES dari Tokyo University Prof. Misutaku Makino dan Ketua Panitia Penyelengara dari BRIN dan ITI, Prof. Suhendar I Sachoemar, dengan narasumber para ahli kelautan dari PICES yaitu Prof. Mark L Wells dari Maine University-USA, Prof. Charlie Trick dari Toronto Scarborough University-Canada, Dr. Shion Takemura dari Japan Fisheries Agency (JFA)-Japan dan Dr. Naoki Tojo dari Hokkaido University, Adam J Larson dari Stanford University, Drajat Seto dari Maine University dan Arief Rachman M.Bio, Sc dari Pusat Riset Oseanografi BRIN.
Workshop dan training ini bertujuan :
Untuk mensosialisasikan dan mendiseminasikan program dan teknologi pengamatan fitoplankton dengan menggunakan planktonscope, teknologi pemantauan kondisi dan kesehatan lingkungan perairan dengan menggunakan Hydrocolor, teknologi pemantantaun dan pengelolaan sumberdaya perikanan dengan menggunakan Fish GIS, dan metodologi baru untuk penilaian sumber daya ikan kepada masyarakat di Wilayah Gilli Matra Lombok dan sekitarnya, para pembuat kebijakan, para ilmuwan dan mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuan mereka.
Kerjasama antara ITI, BRIN, BRIDA Provinsi Nusatenggara Barat (NTB), Universitas Mataram, BKKPN dan beberapa intansi terkait di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) ini dengan PICES dikembangkan untuk menjawab tantangan dalam mengatasi permalasahan dalam bidang pengelolaan sumberdaya kelautan, pesisir dan perikanan dalam menghadapi perubahan iklim, pemanasan global dan perubahan lingkungan akibat meningkatnya kegiatan manusia di wilayah pesisir dan lautan.
Seperti diketahui, Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar didunia, memiliki terumbu karang terluas di dunia. Luas terumbu karang Indonesia mencapai 284,3 ribu kilometer persegi atau setara dengan 18 persen dari terumbu karang yang ada di seluruh dunia. Kekayaan terumbu karang Indonesia tidak hanya dari luasnya, tetapi juga keanekaragaman hayati di dalamnya.
Keanekaragaman hayati terumbu karang sebagai potensi sumber daya laut di Indonesia juga yang tertinggi di dunia. Di dalamnya terdapat 2.500 jenis ikan, 1.500 jenis moluska, 1.500 jenis udang-udangan, dan 590 jenis karang. Namun demikian saat ini karena meningkatnya kegiatan manusia diwilayah pesisir dan adanya perubahan iklim dan pemanasan global, telah banyak mengancam kerusakan dan kematian terumbu karang yang mengganggu kesehatan lingkungan perairan dan memicu munculnya penyakit seperti keracunan ciguatera yang disebabkan memakan ikan yang terkontaminasi ciguatoxin, yang berasal dari dinoflagelata tropis (organisme sel tunggal) yang hidup dalam mikroalga yang banyak tumbuh di karang mati. Penyakit ini secara global telah banyak ditemukan diberbagai belahan dunia, untuk itu walaupun di Indonesia belum banyak dikenal, namun sebagai negara tropis yang kaya akan terumbu karang, sangat perlu mewaspadainya.
Untuk itu kegiatan workshop dan pelatihan tentang teknologi pengamatan fitoplankton dengan menggunakan planktonscope, teknologi pemantauan kondisi dan kesehatan lingkungan perairan dengan menggunakan Hydrocolor, teknologi pemantantaun dan pengelolaan sumberdaya perikanan dengan menggunakan Fish GIS, dan metodologi baru untuk penilaian sumber daya ikan sangat relevan untuk dikembangkan bekerjasama dengan berbagai lembaga terkait dan pemangku kepentingan baik ditingkat nasional maupun global.
Peserta dan undangan yang hadir dalam kegiatan Workshop dan Training ini kurang lebih 40 orang yang berasal dari PICES, ITI, BRIN, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) beserta Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)nya seperti Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA), Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Pariwisata, Perguruan Tinggi (Universitas Mataram), Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang, berbagai kelompok masyarakat pesisir di Gilli Matra dan Lombok, Organisasi Kemasyarakatan (Pokdarwis, Pokmawas, Lombok Ocean Community, Pemerhati Terumbu Karang, Asosiasi Hotel Tiga Gilli, Diving Club dll). Dari Rilis panitia yang diterima Redaksi GetarMerdeka.com, Rabu (5/7)
Workshop dan Training akan berlangsung mulai tgl 5-7 Juli 2023 mendatang.(*)SHARE