Jum'at, 14/10/2022
| 12:19 WIB
| EKONOMI
Reporter: GetarMerdeka
| Red IT: Firman Wage Prasetyo
Foto: Dampak Kenaikan Bunga The Fed (Zaki Alfarabi/detikcom) Getty Images ©2022 GetarMerdeka.com
Jakarta, GetarMerdeka.com — Pupus harapan Federal Reserve (The Fed) atau Bank Sentral Amerika (AS) meredam inflasi dengan cepat. Setelah tujuh bulan kenaikan suku bunga terjadi dengan cepat, tapi langkah yang diambil Bank Sentral AS itu hampir tidak membuat progres yang signifikan.
Tampilan data pada hari Kamis (13/10/2022) menunjukkan data harga konsumen (CPI) bulan September naik menjadi 8,3%, hal ini menunjukkan kita tidak jauh lebih baik daripada periode sebelumnya di bulan Maret, ketika The Fed memulai pengetatan moneter yang agresif. Saat itu, harga konsumen secara keseluruhan naik 8,5% dari tahun ke tahun.
"Laporan inflasi hari ini adalah bencana yang tak tanggung-tanggung,Ini menunjukkan apa pun yang dilakukan pejabat Fed itu tidak berhasil." tulis Christopher S. Rupkey, kepala ekonom di Fwdbonds, sebuah perusahaan riset pasar keuangan.Di lansir dari CNN Jumat (13/10/2022).
Sebelumnya The Fed atau Bank Sentral Amerika telah menggandakan rencana untuk meredam inflasi yang terjadi di Amerika Serikat dengan cara menaikan suku bunga secara besar-besaran, agar bisa mengurangi permintaan barang dan jasa.
Kenaikan suku bunga yang terjadi dengan cepat dan terus menerus ini sebelumnya belum pernah terjadi sejak 1982, namun The Fed tetap berada pada jalurnya dan yakin pasar tenaga kerja AS yang kuat tetap dapat mentolerir kenaikan suku bunga yang tinggi ini.
Laporan inflasi pada Kamis, yang di luar dari perkiraan adalah gambaran ekonomi utama terakhir yang akan diambil oleh pembuat kebijakan Fed sebelum pertemuan berikutnya pada awal November, dan banyak pihak menjamin akan terjadi kenaikan suku bunga sebesar 0,75% lagi.
Baca juga:
#Dianggap Punya Peran Penting Lawan Krisis 2008, Eks Bos The Fed Diganjar Nobel
Ketua The Fed Jerome Powell baru-baru ini mengakui bahwa dampak luas dari kenaikan suku bunga yang lebih tinggi akan membawa berdampak ke rumah tangga dan bisnis.
The Fed seperti lebih memilih untuk menggiring ekonomi AS ke dalam resesi (dan berpotensi menyeret sebagian besar ekonomi global ikut ke jurang bersamanya) daripada menyerah ke dalam pusaran inflasi. Itu berarti konsumen atau masyarakat akan menanggung beban yang lebih berat dari harga yang tinggi dan biaya pinjaman yang tinggi secara bersamaan.
Konsekuensi dari hal tersebut dapat diperparah dengan banyaknya orang yang harus kehilangan pekerjaan. The Fed percaya pasar tenaga kerja yang kuat selama ini mendorong inflasi tinggi, bersama dengan banyak faktor eksternal seperti gangguan rantai pasokan, perang di Ukraina, dan perusahaan yang menjual produk tetap mahal meski dengan modal yang sudah efisien.
Reporter: Muhammad Rafli Asvandiari
Sumber: detikFinance
[gmc/dtc/ang]
□BAGIKAN