Follow Us

|
JADWAL SHOLAT Subuh 04:40:55 WIB | Dzuhur 11:59:10 WIB | Ashar 15:19:22 WIB | Magrib 17:52:17 WIB | Isya 19:04:59 WIB
BERITA UTAMA

Sekitar 738 Ton/Bulan Beras Petani Lokal Untuk ASN di NTB

Minggu, 08/08/2021 | 22:00 WIB
Reporter: Mada Gandhi Red IT: Firman Wage Prasetyo
Ilustrasi beras petani. Getty Images ©2021 GetarMerdeka.com
Mataram, GetarMerdeka.com - Mulai Agustus 2021 tahun ini sekitar 738 ton beras petani tiap bulan akan disalurkan untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemda NTB. Pembeliannya bersumber dari dana Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) yang dibelanjakan 10 kg beras/orang untuk 73.800 ASN. Di samping beras menyusul produk lokal lainnya.
Beras petani untuk ASN ini merupakan rangkaian gerakan “bela dan beli produk lokal” yang dicanangkan Gubernur NTB Zulkieflimansyah. Bermula dari dana Jaringan Pengaman Sosial (JPS) tahun lalu, sekitar 80 % barang yang dibagi berisi produk 4.673 UKM/IKM. Mulai dari ikan kering, kopi, minyak goreng dll. Belum termasuk JPS mini 2021 untuk masyarakat ekonomi lemah yang terdampak Pembatasan Pergerakan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Untuk memproduksi barang tersebut UMKM dibantu permodalan oleh Bank NTB Syariah. Pemprov mengalokasikan anggaran untuk stimulus ekonomi Rp278 miliar. Sebesar Rp90 miliar di antaranya digunakan untuk pemberdayaan IKM dan UMKM. Pola pembelian dan distribusi dibuat sistem sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan tengkulak bisa masuk.
Anjloknya harga gabah sering menjadi keluhan petani lokal setiap tahun disebabkan over supply. Kelebihan pasok. Gubernur NTB mencari pasar, menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah lain. Misalnya dengan PD Pasar Jaya milik pemda DKI Jakarta untuk komoditas pertanian dan produk UMKM.
Perlu diketahui NTB masih menjadi lumbung pangan Nasional, dengan produksi gabah kering 1,3-1,4 juta ton/tahun. Di samping DKI Gubernur Zul juga menjalin MoU dengan Pemda Jawa Barat untuk mengisi peluang kebutuhan daging sapi.
Perdagangan antar pulau antar provinsi ini bisa jadi akan menutup celah barang impor masuk disebabkan masing2 produk sudah memiliki pasar tetap (captive market). Bulog tidak selamanya bisa membeli beras petani karena keterbatasan dana dan gudang penyimpanan.
Di samping beras dan gabah provinsi NTB juga penghasil garam dengan kwalitas terbaik. Rempah2, miyak kayu putih, bawang, bijih wijen, umbi porang, sarang burung wallet, madu ikan laut dll. Belum lama daerah ini telah dicanangkan menjadi pusat pengembangan lobster Nasional.
Konsep perdagangan antar daerah ini jika terus meluas ke daerah lain akan menjadikan Pemda sebagai marketer dan kordinator produk-produk lokal. Komoditas tidak sepenuh diserahkan ke pasar bebas, karena di sana banyak pemain besar yang sepak terjangnya sangat pengaruhi harga. Semua program ini justru dipacu di masa pandemi dan pembatasan kegiatan masyarakat.
Mungkin ini namanya berkah di balik musibah. Atau tantangan yang dijadikan peluang. Apa pun namanya “lebih baik menyalakan lilin daripada terus mengutuk kegelapan” kata pepatah. (*)

ADVERTISEMENT SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Indonesia Satu

Merdeka Network

Ekonomi Bisnis