Agar Tak Sekadar jadi Objek, Indonesia Diminta Serius Mempelajari Kebijakan Joe Biden
Minggu, 15/11/2020 | 15:50 WIB
Reporter: Nur Habibie Red IT: Firman Wage Prasetyo
Getty Images ©2020 GetarMerdeka.com - Joe Biden. © 2020 AFP
Jakarta, GetarMerdeka.com - Media Amerika Serikat melaporkan, jika
Presiden AS terpilih Joseph Robinette atau Joe Biden telah memenangkan 306 suara
elektoral (electoral college). Sementara itu, petahana Presiden Donald Trump
hanya meraih 232 suara.
Atas hasil tersebut, pemerintah Indonesia harus serius dalam mempelajari
kebijakan apa yang nantinya akan diterapkan oleh Joe Biden setelah resmi
menjadi orang nomor satu di AS.
"Saya kira pemerintah Indonesia harus betul-betul benar-benar belajar
kira-kira kebijakan apa yang akan diterapkan oleh Joe Biden, kebijakan luar
negeri, terutama ASEAN dan Indonesia sendiri. Sehingga Indonesia mengambil
manfaat. Karena kalau tidak, Indonesia hanya akan menjadi objek objek, tidak
pernah jadi subjek, "kata Jurnalis Senior, mantan Koresponden Senior NIKKEI,
Gigin Praginanto dalam diskusi Populi Center dan Smart FM Network dengan tema
'Forbidden For Biden', Sabtu (14/11).
"Jadi ini pembelajaran yang sangat penting. Detik ini juga Presiden harus
memerintahkan seluruh staf-nya untuk fokus belajar kira-kira apa yang akan
dilakukan oleh Joe Biden terhadap ASEAN dan Indonesia," sambungnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Pengamat Pertahanan Luar Negeri, Susaningtyas
Nefo Handayani Kertopati. Dia berharap Indonesia tidak hanya sebatas objek
saja.
"Tetapi kita juga harus berpikir bahwa kita sangat mengharapkan Biden yang
harus diputuskan sebagai pemenang juga akan melakukan satu investasi yang
positif di Indonesia juga melakukan suatu kerjasama yang baik, yang ramah,
tetap di sana," ujar Nuning panggilannya.
"Sehingga tidak memperuncing keadaan yang ada dan justru sangat berharap bahwa
globalis dari Biden ini tidak lalu berperan terlalu aktif, sehingga
mengacak-acak sistem negara lain, terutama di ASEAN. Saya rasa harapan kita
semua. Semoga yang menjadi Presiden Amerika akan mendatangkan keuntungan bagi
Indonesia, "tambahnya.
Sementara itu, Pengamat masalah Internasional, Irman Gurmilang Lanti,
ditambahkan selama 4 tahun menjalin kerjasama dengan AS di bawah pemerintahan
Donald Trump, Indonesia diharapkan tidak menyerahkan nasibnya melulu kepada
kekuatan besar di dunia.
"Hal ini terutama sangat benar untuk kekuatan menengah negara-negara ya,
seperti kita dan negara-negara ASEAN yang lain. Saya pikir memang suatu saat
harus menentukan bahwa kita sebenarnya mau ke mana," ujar Irman. Menurutnya,
dahulu Indonesia pernah mempunyai ketahanan nasional, ketahanan daerah dan
sebagainya. Namun, semua itu perlu ada pembenahan atau revisi lagi. "Karena
kita tidak bisa hidup di dalam roller coster seperti ini. Jadi nanti kita tahu
nanti pemerintah Biden seperti apa. Dugaan saya Bidden juga tidak akan terlalu
ekstrem mengambil keputusan yang 180 derajat apa yang diambil Trump. Dia pasti
akan mereview semua kebijakan Trump, misalnya mengenai Korea Utara, mengenai
China, mengenai laut China Selatan dan sebagainya seperti itu, "ungkapnya.
"Dan ini juga agak sedikit di posisi pemerintah Trump yang kemudian mengajak
beberapa negara Arab untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel, bantuan
dari Amerika Serikat ini juga sangat mirip. Apakah ini juga akan diteruskan
oleh Trump, dan kebijakan kebijakan ini sangat ditentang oleh Palestina
tentunya Jadi saya pikir banyak sekali yang memang agak sedikit sedikit, tapi
saya pikir justru karena itu, "sambungnya. Ia ingin, agar Indonesia dan
negara-negara ASEAN lainnya yang perlu memiliki cara yang benar-benar solid,
kompak dan juga sangat kuat
Sehingga kita tidak mudah dan terombang-ambing dengan pergantian kekuasaan di
Amerika Serikat, belum nanti juga kalau misalnya mungkin ada perbedaan,
pergantian pisau di Cina dan seperti itu. Oleh karena itu, posisi kepemimpinan
di Indonesia itu sangat perlu dikuatkan, itu PR kita , "tutupnya. (Sumber:
merdekacom)
[gmc/mdk/lia]