Follow Us

|
JADWAL SHOLAT Subuh 04:40:55 WIB | Dzuhur 11:59:10 WIB | Ashar 15:19:22 WIB | Magrib 17:52:17 WIB | Isya 19:04:59 WIB
BERITA UTAMA

BMKG NTB Kaji Kebencanaan Gempa Berpotensi Selatan Lombok

Kamis, 04/07/2019 | 17:05 WIB
Red IT: Firman Wage Prasetyo
Getty Images ©2019 GetarMerdeka.com - Gubernur NTB
Zulkieflimansyah "Jangankan gempa, kiamat pun ada yang memprediksi tahun depan. Artinya, kita harus menyerap informasi dengan baik agar tidak salah dalam menanggapi suatu informasi yang belum tentu benar terjadi," (Istimewa)
"Atas berita viral yang dimuat oleh sejumlah media online kemarin, Gubernur Nusa Tenggara Barat, Dr. Zulkieflimansyah berharap kepada masyarakat untuk tidak panik dan takut terhadap gempa tersebut."
Mataram, GetarMerdeka.com - Pada bulan Juli 2018 (5/8/2018), gempa yang bermagnitudo 7,0 mengguncang wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Gempa yang berpusat pada di 8,37 LS dan 116,48 BT, dan berada pada 18 kilometer barat laut Lombok Timur dengan kedalaman 15 kilometer menyebabkan 564 orang yang meninggal dunia, 42.239 rumah, dan 458 sekolah rusak.
"Kapan waktunya tidak ada yang tahu bahkan teknologi secanggih apapun tidak bisa memprediksi dan mengetahui kapan akan terjadi gempa itu," ujarnya di sela-sela seminar manajemen kebencanaan yang dilaksakan di Universitas Nahdatul Ulama (NU) NTB di Mataram, Kamis.
Ia menjelaskan, jika terjadi gempa seperti itu berdasarkan hasil simulasi pemodelan tsunami wilayah yang terkena imbas tsunami berada di perairan Kuta, Awang, Selong Blanak, Lombok Barat dan Mataram. Namun, untuk wilayah Kota Mataram imbasnya hanya mencapai 2 kilometer.
"Kalau selatan kurang lebih 3-5 kilometer rendaman tsunaminya, termasuk rendamannya mengenai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika," ujarnya.
Menurut Agus, jika merujuk pada sejarah dan hasil penelitian gempa besar pernah terjadi di perairan selatan, khususnya Lombok pernah terjadi pada tahun 500-1000 tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dari jejak pasir sisa tsunami yang tertinggal. Sedangkan, gempa terakhir yang besar terjadi pada tahun 1977 di wilayah Sumba Kabupaten Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga berimbas pada wilayah selatan NTB dan hingga sekarang tidak pernah terjadi lagi, namun tetap saja hal tersebut menurutnya harus tetap diwaspadai.
"Sekarang belum ada aktivitas lagi, kalaupun ada kita harap gempanya kecil-kecil dan intensitasnya banyak, sehingga terlepas. Tapi kalau diam itu terlalu lama itu artinya sedang mengumpulkan energi dan ini yang tidak kita harapkan. Karena sifatnya di selatan itu seperti itu, hampir sama dengan selatan Bali, Jawa hingga Sumatra bisa ratusan tahun seperti yang terjadi di Aceh itu ratusan tahun terulang kembali pada tahun 2004 gempa besar dan tsunami," kata Agus Riyanto.
Karena itu, simulasi dan pemodelan tsunami (Tsunami Modeling) ini penting untuk diketahui, sehingga pemerintah dan semua pihak bisa melakukan antipasi dan edukasi tentang mitigasi bencana secara menyeluruh ke masyarakat, termasuk mengimbau masyarakat untuk membangun rumah yang tahan gempa.
Sementara itu, pakar Geologi dan Kegempaan dari Universitas Brigham Young Univesity, Utah, Amerika Serikat, Prof Ron Harris mengamini data hasil BMKG tersebut, sebab berdasarkan hasil riset yang dilakukannya bersama 11 timnya dari berbagai Universitas di Amerika, menunjukkan pergerakan zona subduksi di wilayah perairan Lombok Selatan.
"Gempa dengan kekuatan 9 magnitudo itu sangat tinggi, karena posisinya berada di Palung Jawa tapi lokasinya kita tidak tahu apakah terjadi di Lombok, Bali atau Jawa. Tapi kalau itu terjadi terdampak pasti ada kalau itu terjadi stunami," ucapnya.
(Istimewa)
Ia menjelaskan, setiap tahun lempeng Lombok khususnya di wilayah Lombok Selatan tertekan dan bergeser oleh lempeng Indo-Australia sepanjang 35 meter. Bahkan, bila lempeng Lombok ini tidak bisa menahan tekanan akan menyebabkan gempa megathrust dengan kekuatan minimal 9 magnitudo dan maksimal 9,5 magnitudo.
"Gempa yang dihasilkan dari patahan di wilayah Lombok Selatan mencapai 9,5 Magnitudo dan menyebabkan tsunami setinggi 20 meter," katanya.
Ron mengingatkan zona subduksi di wilayah Lombok Selatan yang memanjang hingga pulau Sumatera tersebut menunjukan meningkatnya aktivitas seismik. Hal ini kata dia, didasari hasil penelitian dan riset serta sejarah pernah terjadi gempa besar di Lombok Selatan.
Meski menuyimpan potensi gempa megathrust, Ron Harris menegaskan, tanah bergerak (likuifaksi) seperti yang terjadi pada gempa Palu, Sulawesi Tengah akibat kemungkinan kecil akan terjadi di Lombok.
"Untuk likuifaksi belum sampai sejauh itu," katanya.
Gempa Tidak Bisa Prediksi
Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, menegaskan, bencana alam adalah sesuatu yang bisa terjadi di belahan manapun di bumi. Bencana bukanlah sesuatu yang harus dikhawatirkan. Melainkan, dihadapi dengan persiapan dan mitigasi yang matang.
Hal itu disampaikan Gubernur saat menanggapi hasil penelitian salah satu peneliti asal Amerika  mengenai adanya potensi bencana gempa bumi di sejumlah daerah di Indonesia.
"Jangankan gempa, kiamat pun ada yang memprediksi tahun depan. Artinya, kita harus menyerap informasi dengan baik agar tidak salah dalam menanggapi suatu informasi yang belum tentu benar terjadi," kata Gubernur di Mataram, Kamis, 4 Juli 2019.
Kepala BMKG Mataram, Agus Riyanto, menjelaskan bahwa hasil penelitian pakar gempa bumi dari Amerika, Prof Rown Haris dilakukan dengan mengukur jejak jejak tsunami pada masa lampau bersama tim dan BMKG pada tahun 2012. Penelusuran ini dilakukan dengan menyisir pantai di selatan Lombok, Bali hingga Banyuwangi.
"Kajian kajian ini memberikan pelajaran kepada kita saat ini untuk selalu waspada tentang potensi tsunami. Itu poin yang disampaikan dari profesor, dan juga yang dimaksud dengan selatan lombok itu buka Lombok Selatan, tapi selatan Jawa dan sampai ke NTB  itu pertemuan garis lempeng besar," ujarnya.
Gubernur berpendapat, prediksi atau ramalan dari pakar mengenai potensi gempa tersebut merupakan hal biasa saja. Apalagi, para ahli sendiri belum mempunyai perangkat dan kemampuan untuk memprediksi kapan tepatnya bencana itu akan terjadi. Karenanya, informasi ini tidak perlu ditanggapi dengan kekhawatiran berlebihan.
Gubernur menilai, bencana dalam berbagai bentuk adalah hal yang bisa ditemukan di mana saja dan kapan saja di berbagai belahan bumi ini. Untuk itu, hal terbaik yang bisa dilakukan adalah mempersiapkan diri menghadapi bencana. Justru, ujar Gubernur, rangkaian gempa bumi pada 2018 lalu memberikan hikmah berupa pengalaman dalam menghadapi bencana tersebut.
Pekan lalu, Gubernur telah menyaksikan sendiri strategi dan kebijakan yang komprehensif dalam menghadapi bencana di Darwin, Australia Utara. Di daerah tersebut, ancaman bencana dihadapi dengan persiapan yang cukup matang. Warga diedukasi mengenai apa yang harus dilakukan saat bencana datang.
Berbagai kebutuhan saat gempa telah disediakan dan siap didistribusikan sewaktu-waktu bencana datang. Dari tenda, selimut, persediaan makanan instan, hingga mainan untuk anak-anak korban gempa.
Membangun kesiapan semacam ini jauh lebih penting ketimbang memperdebatkan dan membahas berulang-ulang mengenai berapa besar potensi gempa yang akan datang. Apalagi, warga NTB telah punya pengalaman menghadapi gempa.
"Kita tidak berharap ada gempa. Tapi misalnya ada, maka kita tidak sepanik daerah yang belum pernah mengalami hal yang serupa," terangnya.
Untuk mempelajari lebih jauh tentang kebijakan dan strategi menghadapi bencana, akhir pekan ini sejumlah pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di NTB akan mengikuti kursus singkat mengenai kebencanaan. Ini merupakan langkah awal untuk mengadaptasi kesiapan pemerintah di Australia dalam menghadapi bencana.
Selain itu, kesiapan menghadapi bencana juga telah tercantum sebagai salah satu misi Pemprov NTB. Upaya mitigasi bencana dan antisipasi bencana menjadi prioritas nomor satu. Terlebih, karena saat ini NTB dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi.
Menurut Gubernur, saat ini pariwisata NTB telah mulai pulih. Kunjungan wisatawan telah memperlihatkan tren menggembirakan. Apalagi, dengan dibukanya sejumlah rute penerbangan baru dari dan menuju NTB. Termasuk, rute Perth-Lombok dengan pesawat AirAsia.
"Saya baru pulang dari Australia misalnya dari Darwin, tidak satu pun kursi yang tersisa di pesawat itu saking orangnya senang datang ke Lombok, enggak satu pun yang tersisa," ujarnya.
Gubernur mengimbau, sudah saatnya seluruh elemen masyarakat NTB melawan rasa takut dan membangun keberanian untuk mempromosikan NTB sebagai daerah pariwisata yang semakin menarik. Ada banyak perkembangan menggembirakan yang sedang terjadi di NTB dan bisa disebarluaskan ke banyak orang.
Mulai dari akan hadirnya ajang MotoGP mulai 2021 mendatang, tumbuhnya desa-desa dan objek wisata baru, hingga semakin terkoneksinya NTB dengan berbagai daerah di Indonesia maupun di negara lain.
Image and video hosting by TinyPic
[HMS/RO1/GMC]


ADVERTISEMENT SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Indonesia Satu

Merdeka Network

Ekonomi Bisnis

Trending Selebriti

Citizen Jurnalism